Rabu, 04 Januari 2017



AYAH, IBU MAAFKAN AKU
Di sebuah kampung kecil hiduplah keluarga petani miskin bersama dengan satu anak laki-lakinya. Ayah dari keluarga tersebut menderita kelumpuhan sehingga tidak dapat bekerja. Sehingga sang Ibulah yang menjadi tulang punggung keluarganya. Sang ibu bekerja sebagai buruh petani milik tetangganya. Segala keperluan hidup dipenuhi olehnya termasuk biaya sekolahnya. Saat ini anaknya sudah menduduki bangku sekolah menengah atas di daerahnya. Namun anak ini seringkali malu dengan keadaan keluarganya. Mempunyai ayah yang lumpuh dan ibu yang hanya seorang petani. Tiap hari anak itu berangkat sekolah dengan naik angkot sedang teman-temannya diantar dengan mobil pribadi milik ayahnya. Sejak kecil anak itu sangat membenci ayah dan ibunya karena dia tidak bisa hidup bahagia seperti teman-temannya. Namun ayah dan ibunya sangat sayang kepadanya. Kasih sayang yang amat tulus mereka curahkan kepada anak semata wayangnya itu. Mereka rela mengaku sebagai pembantunya didepan teman-temannya untuk menjaga hati anaknya itu agar tidak dihina.
Suatu hari ketika dia lulus sekolah, dia berkeinginan untuk bekerja di sebuah kota jauh dari daerahnya. Dia sudah sangat suntuk dengan keadaan dirumah yang penuh dengan kesusahan dan kemiskinan. Lalu dia memutuskan untuk bekerja di sebuah pabrik di luar kota. Awalnya, orang tuanya tidak mengijinkan dia bekerja di luar kota karena dia adalah anak satu-satunya. Namun, sang anak itu sama sekali tidak mendengarkan kata-kata orang tuanya. Dia tetap memilih untuk bekerja di luar kota. Sang ibu pun dengan berat hati mengijinkan anaknya. Dalam sujud malamnya ia selalu berdo’a agar anaknya selalu berada dalam lindunganNya.
Satu tahun telah berlalu, anak itu sama sekali tidak pulang kerumah. Bahkan tidak memberi kabar apapun kepada orang tuanya. Orang tuanya sangat mencemaskan keadaanya. Kemudian sang ayah dengan cemas bertanya kepada salah satu adiknya (paman), “apakah kamu bisa menghubungi anakku? Sudah satu tahun dia tidak pulang dan tidak memberi kabar”.
Kemudian sang pamanpun mencoba untuk menghubungi si anak tadi. Namun setiap kali di telvon tidak pernah diangkat dan tidak bisa dihubungi sama sekali. Sang ayah dan ibu pun sangat sedih. Keadaan sang ayahpun sekarang semakin memburuk. Sang paman terus mencari tau keberadaan si anak tadi melalui teman-temannya. Dan ditemuilah dia di sebuah kos-kosan. Sang paman mengajak dia untuk pulang menjenguk ayahnya yang sedang sakit namun anak itu justru menolaknya. Lalu paman berkata, “kenapa kamu sangat membenci ayah ibumu? Bukankah mereka yang merawatmu?”. “Sudah, itu bukan urusanmu”, jawab anak itu. Anak itu tetap tidak mau pulang untuk menjenguk ayahnya. Sang pamanpun berkata,”janganlah kamu membenci jika tidak tau alasannya. Apakah kamu tau ayahmu lumpuh karena apa? Apakah kamu tau perjuangan dia untukmu seperti apa?” si anak pun hanya terdiam. Sang paman bercerita,” Dulu saat kamu masih kecil kamu menangis ingin membeli mobil-mobilan seperti teman-temanmu. Sebagai seorang ayah pasti tidak tega melihat anaknya menangis tiap harinya. Waktu itu ayahmu belum punya uang untuk membeli mainan untukmu. Dan dia melihat ada pohon kelapa miliknya yang sudah berbuah. Dia berniat untuk memetik buah kelapa itu dan menjualnya ke pasar. Kemudian saat sudah dijual akan dia belikan mainan itu untukmu. Namun pada saat dia memanjat dia terpeleset dan diapun terjatuh. Hingga sekarang dia lumpuh dan tidak bisa berbuat apa-apa.
Sang anak meneteskan air matanya saat mendengarkan cerita dari pamannya itu. Betapa menyesalnya dia sudah membenci ayah dan ibunya yang sangat berjasa untuknya. Betapa menyesalnya dia yang sudah malu dengan keadaannya. Seketika itu dia merapikan baju dan pulang ke rumah bersama pamannya.
Sesampainya dirumah, ia langsung memeluk sang ayah dan menangis di pelukannya. Dia meminta maaf atas semua kebencian yang dulu pernah ada di dalam benaknya. Betapa terharunya sang ibu saat melihat anaknya meminta maaf kepada ayahnya. Sang ibupun menangis terharu karena do’a yang selalu dia panjatkan dalam sujud malamnya dijawab olehNya pada detik itu. :) 
" jangan pernah membenci orang tua, karena apapun dan bagaimanapun mereka adalah pahlawan untuk kita. kasih sayangnya tiada batas seperti mentari yang tak pernah lelah memancarkan sinarnya"
Kamis, 5 Januari 2017